Friday, February 17, 2023

Cara Jadi Dewasa

 Jadi ceritanya aku buka dengan kabar duka dari tetanggaku pas sebelah rumah. Beliau meninggal secara mendadak karna memang beberapa jam atau bahkan beberapa hari terakhir tidak ada kabar bahwa beliau sakit keras.

Tadi pagi aku bantu tetanggaku - yang sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri - membopong ke mobil Bapak Mertuaku. Selang satu jam sudah ada kabar langsung dari Bapak Mertuaku yang berada di rumah sakit, bahwa tetanggaku tersebut telah meninggal dunia.

Well.. aku bukan seseorang yang pandai bergaul di kehidupan sehari hari. Itu berlaku di lingkungan kantor maupun di lingkungan rumah. Kadang aku tidak tau harus bersikap seperti apa saat terjadi sesuatu di sekitarku. Antara tidak percaya diri atau memang bener-bener gatau kudu ngapain.

.....

Dulu aku punya temen kantor. Iya dulu.. karna sekarang beliau sudah almarhum. Pak A, namanya. Beliau selisih 8 tahun lebih tua dariku. Ngga terlalu jauh. Beliau juga mengikuti perkembangan jaman pergaulan dan juga teknologi yang sedang hits digunakan oleh orang-orang seumuranku. 

Tiba-tiba aku teringat beliau setelah adzan Isya tadi berkumandang di masjid deket rumah. Seketika itu justru aku langsung membuka whatsapp chat historyku bersama Pak A. Aku sering bertanya hal-hal simpel tentang bagaimana merawat rumah pada umumnya. Seperti mengganti lampu dan pemilihan lampu ruangan, Pajak PBB, isu tagihan listrik dan isu PDAM, bahkan sampai pada hari-hari galauku dulu aku sering ceirta dan juga minta pendapatnya. Pak A itu bukan seseorang yang sok dewasa meskipun dia lebih tua dariku bahkan sudah bisa disebut bapak-bapak ya.. hehehe. OOT bentar- jika Pak A masih hidup, aku yakin aku akan sering share tentang postingan instagram dari akun bapak2id wkwkkw itu asli konten relate banget dengan urusan rumah tangga bapak-bapak.

Pak A ini sama skali ga pernah mengguruiku soal bagaimana hidup yang baik. Aku ngerasa bahwa beliau justru hanya mengarahkanku dan membuatku yakin tentang apa yang aku inginkan. Beliau menggali alasan-alasanku tiap kali aku mengeluhkan sesuatu. Yang kemudian beliau justru meyakinkanku melalui alasan-alasan yang aku miliki sendiri.

Aku sering bertanya pendapat Pak A tentang peranku sebagai suami dari istriku serta peranku sebagai menantu sejak aku menikah. Pak A menanggapi santai apapun pertanyaanku yang akhirnya bikin aku juga jadi rileks dan bisa berfikir jernih. Justru itulah yang membuatku akhirnya yakin pada diriku sendiri.. ya... kadang aku tidak merasa cukup dewasa untuk meyakini sesuatu yang akan aku lakukan.

Sampai di hari ini aku ingin bertanya sama Pak A. "Pak.. aku kudu ngapain ini... soalnya situasinya......................"

Setelah aku cek akun whatsappnya sejam yang lalu, sudah tidak terpampang foto profile serta status jam Last Seen. Berarti nomor tersebut sudah tidak aktif lagi. Terakhir kontak dengan nomor tersebut memang dipegang oleh istrinya Pak A , dan juga membalas singkat pesanku. Itu saat beberapa minggu setelah Pak A meninggal.

Sekarang ini jika aku butuh pendapat bagaimana cara bersikap dewasa, aku hanya bertanya ke teman-temanku... yang umurnya tidak lebih tua denganku. Aku ngerasa diskusi kami itu berkutat bahwa "Iya sepertinya harus begitu". Kami memang sama-sama mencari cara jadi dewasa yang juga sama-sama tidak punya pengalaman untuk jadi dewasa. Seringnya kami terlalu fokus terhadap tuntutan untuk menjadi dewasa untuk lingkungan. Sedangkan dewasa itu harusnya bukan hanya tentang bagaimana harus bersikap, tapi bagaimana tentang midset dan mentality.

Iya.. aku pengen disksusi banyak dengan Pak A... tentang cara jadi dewasa.

Al-Fatihah.


Jadi Kenyataan

Mau nulis kok agak males ya wkwkw. Soalnya enakan cerita sama orang. Tapi berhubung lagi ga ada yang available untuk dengerin omonganku jadi...